Jangan Sombong! Motivasi Sukses Jusuf Hamka
Saya ini saat ini bukan CEO lagi bukan Direktur Utama lagi dari Citra Marga Nusaphala yaitupengelolaan jalan tol, tapi alhamdulillah 2012 saya sebagai CEO di sana tetapi sekarang alhamdulillah saya sudah jadi pemilik 80% saham di Citra Marga.
Itu semua bukan karena kepintaran saya, bukan karena kehebatan saya tetapi semua gerak Allah. Saya mulai dari kecil saya sebagai pedagang es mambo pedagang asongan, saya tidak pernah bermimpi tapi saya punya mimpi, selalu. Oleh sebab itu saya selalu katakan kepada teman-teman, dalam hidup ini ayo kita harus punya mimpi tetapi mimpi itu harus kita juga yang membuat menjadi kenyataan. Jangan biarkan mimpi itu berangan-angan saja di kepala kita tapi kita harus jadikan kenyataan. Untuk membuat itu bagaimana? Perhatikan, pertama kita jadi orang harus jujur dan amanah, kedua harus sayang kepada orang tua, karena doa orang tua ini membuat jalan kita jadi mulus.
Dulu cita-cita cuman jadi tukang parkir, waktu saya sekolah SMA, saya suka lewat di daerah Pasar Baru, saya tanya tukang parkir satu hari dapat berapa sih? katanya dapat 10.000 sampai15.000. Waktu itu satu mangkok bakmi hanya 300 perak Jadi kalau Rp10.000 = 33 mangkok. Andaikata saya makan satu hari tiga kali saya masih bisa save 30 mangkok, berarti saya masih bisa jadi tukang parkir aja udah cukup, itu cita-cita waktu SMA.
Terus saya bermimpi, kok orang-orang bisa sukses? Bagaimana cara mereka sukses? Satu hari saya ke toko buku saya lihat buku Bagaimana jadi orang sukses. Saya nggak punya uang, saya hanya duduk ke sana, saya numpang baca terus saya pulang. Saya bacain buku Bagaimana cara orang sukses? karena jadi orang sukses itu harus rajin bekerja dan juga jangan lupa berdoa, dan juga jangan lupa jujur dan jangan lupa juga sayang kepada orang tua dan minta ridlo barokah dari orang tua itu intisarinya.
Saya selalu bermimpi memang menjadi orang sukses, mimpi itu saya sendiri pesimis waktu itu untuk jadi untuk sukses, tetapi seperti saya katakan bahwa ini semua gerak Tuhan bukan gerak saya.
Saya punya usaha kayu dulu di Kalimantan, saya bikin tripleks. Tapi waktu orde baru, karena saya kurang dekat dengan pemerintahan waktu itu akhirnya saya dikeluarkan satu surat untuk tidak dilayani dokumentasinya, akhirnya saya tutup pabrik saya dan 11 ribu karyawan saya harus pulang ke Jawa itu semua. Saya enggak kecil hati saya, bilang ya Allah kalau memang ini rencanamu enggak papa. Saya diam, terus saya coba lagi untuk berusaha lagi, tetep kadangkala jatuh bangun tuh pasti.
Saya 2008 diajak seorang teman, 14 tahun saya pensiun itu ibaratnya, enggak ada kerjaan dan diajak seorang teman untuk ikut diperusahaan pemboran minyak lepas pantai. Tapi satu tahun, saya bilang ini bukan bidang saya. Kemudian saya tahun 2012 saya ditawarkan oleh pemegang saham yang sedang berantem, pemegang saham jalan tol Citra Marga Nusaphala Persada, itu jalan tol dalam kota dan sekarang ini kalau perusahaan tol swasta terbesar adalah Citra Marga. Saya ceritakan juga, inilah mungkin yang paling penting, waktu saya masuk di Citra Marga, ini pemegang sahamnya lagi berantem menanyakan kepada saya “kamu berani enggak jadi direktur utama” saya bilang “Kenapa harus saya? karena ini raksasa-raksasa lagi pada berantem semua. Kebetulan saya ini kelahiran Kalimantan Timur dari Sungai Mahakam saya lahir, lalu saya jawab sama temen-temen saya “selama nggak nyuri, Saya berani apa saja saya bilang, dan tidak korupsi. Akhirnya saya ditunjuk sebagai Direktur Utama. Di waktu saya ditunjuk sebagai Direktur Utama Saya melihat karena ini perusahaan publik, pemegang sahamnya ini kebanyakan institusi asing. Saya lihat ini perusahaan bagus. Kenapa saya bilang bagus? coba pikirkan ini, kalau bukan gerak Tuhan saya nggak akan memiliki perusahaan ini. Saya punya perusahaan kayu, saya pernah punya restoran, saya pernah punya hotel, hotel kalo pelayanan enggak baik omset akan turun, orang enggak akan balik lagi. Restoran makanan yang asin atau pedas kepedesan orang besok nggak balik lagi.
Makanya saya bilang saya bisa dapat jalan tol ini, coba pikirkan, kalian pernah lewat jalan tol? Bayar, macet, marah-marah, sudah jalan macet bayar pula tapi besok kalian dengan senyum kalian nganterin duit lagi kepada kita. Nah itu bedanya, jadi jalan tol itu, mau muka keasinan mau kepedesan mau kemanisan tetap dimanfaatkan. Nah ini semua gerak Tuhan memilih, jadi saya berfikir begini, Saya tidak punya rencana punya jalan tol, tetapi jalan tol ini kalau saya tidur 10.00, nah itu truk-truk besar dia nyariin duit sampai subuh jam 05.00 pagi, kemudian kalau saya lagi melek bangun, sedan-sedan dan kendaraan umum lainnya jam 05.00 pagi sampai 10.00 malam. Nah jadi itulah perkembangan jalan tol, bisnis ini beda dengan hotel dengan restoran dan yang lain-lain. Nah saya bisa ceritakan, waktu saya lihat perusahaan ini bagus saya kumpulkan teman-teman saya, teman-teman saya dari berbagai macam suku ada yang Tionghoa atau disebut Aseng. Jadi saya bilang ini daripada asing yang memiliki kenapa enggak kita kita? kalian para Aseng temen-temen maupun yang lain, ayo kita miliki. Mereka tanya ama saya, bagaimana? saya bilang gampang siapin aja dananya, saya bikin asing ini keluar barangnya. Jadi waktu itu saya Direktur Utama, apa yang saya sebut itu pasti bereaksi market. Tapi waktu itu memang saya menyebut ingin membeli sesuatu barang, itu asingnya ketakutan. Jadi saya bilang hari itu saya ingin beli Bank Century yang sedang bermasalah waktu itu, itu semua asing tidak setuju dia lepas barang itu semua. Akhirnya teman-teman saya beli semua. Saya pikir ini sesuatu perusahaan yang besar dan kenapa saya bilang besar? dia punya omset untuk dalam kotak 600 ribu kendaraan per hari, memang biaya pembangunannya cukup besar 600 ribu kendaraan x Rp 9.500 kurang lebih hampir 6 milyar, 5.4 milyar perhari.Kalau kita nggak sombong, kita selalu mau tahu dan bertanya. Saya belajarnya ini dari sopir dan dari marketing rokok. Waktu saya umur 17 tetangga saya itu agen rokok jadi saya suka duduk ngobrol sama supirnya sama marketingnya saya selalu tanya tanya tanya, kalau nggak sombong pasti kita mau bertanya. Kalau sombong misalnya orang ngomong apa kita sok bisa padahal kita enggak ngerti apanya. Kita harus tanya nggak usah malu-malu tanya, apaan sih? apaan sih? Itu akan menambah wawasan kita. Nah setelah menambah wawasan kita insya Allah kita jadi pintar.
Belum ada Komentar untuk "Jangan Sombong! Motivasi Sukses Jusuf Hamka"
Posting Komentar